BAB I

PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang Kitab 1 Korintus.

Kitab 1 Korintus merupakan merupakan salah satu kitab diantara tiga kitab yang menempati posisi sentral dalam surat-surat perjanjian baru, dinataranya (Roma, 1 Korintus dan 2 Korintus). Surat ini ditulis, ketika Paulus menerima kabar buruk dari jemaat ini, dari keluarga Kloe, (1 Korintus 1:11). masalah-masalah ini sangat merepotkan Paulus, ketidak stabilan terjadi dalam jemaat ini, ini di karenakan banyak anggota jemaat adalah Yahudi dan juga banyak anggota jemaat non Yahudi, sehingga terjadi berbagai selisih paham dalam jemaat ini.[1]

Berita buruk ini adalah hal-hal yang tidak dinginkan terjadi dalam jemaat. Seperti, kebejatan moral anggota jemaat, perzinahan, percabulan, saling menghakimi satu dengan yang lain kususnya dalam hal makanan, perpecahan dalam jemaat, kesombongan rohani dan beberapa hal-hal kecil lainnya yang menimbulkan kekacauan. Dan surat ini merupakan salah satu surat pengembalaan untuk menegur anggota jemaat di Korintus.[2]

Surat 1 Korintus jelas di tulis oleh rasul Paulus, (1 Korintus 1:1), kemungkinan besar ditulis di Efesus, pada akhir persinggahannya di Efesus, karena ia telah menyusun rencana untuk mengunjungi mekadonia (1 Korintus 16:5-7). Kemungkinan kitab ini ditulis pada saat musim dingin atau musim gugur tahun 56 AD. Karena Paulus juga berbicara bahwa dia akan tinggal di Efesus (1 Koritus 16:8). Surat ini kemungkinan besar ditulis menggunakan sekertaris karena dia ayat satu dari kitab ini menunjukan Paulus dan Sostenes.[3]

Garis besar isi kitab 1 Korintus:

  1. Pembimbing. 1:1-9.
    1. 1:1-3. Salam.
    2. 1:4-9. Ucapan syukur.
  2. Perpecahan dalam jemaat. 1:10-4:21.
    1. 1:10-17. Golongan yang bersaingan.
    2. 1:18-2:16. Hikmat Allah.
    3. 3:1-4:21. Hamba-hamba Allah.
  3. Kegagalan moral. 5:1-6:20.
    1. Dosa percabulan. 5:1-13.
    2. Hal gugat-menggugat. 6:1-11.
    3. Percabulan dikutuk. 6:-20.
  4. Persoalan tentang perkawinan. 7:1-40.
    1. Persoalan pertama. 7:1-7.
    2. Persoalan kedua. 7:8,9.
    3. Persoalan ketiga. 7:10, 11.
    4. Persoalan keempat. 7:12-16.
    5. Suatu asas yang umum. 7:17-24.
    6. Persoalan kelima. 7:25-38.
    7. Persoalan keenam. 7:39-40.
  5. Kebebasan Kristen dan batas-batasanya. 8:1-11:1.
    1. Menghormati hati nurani orang lain. 8:1-13.
    2. Hak dan kewajiban rasul. 9:1-27.
    3. Peringatan terhadap bahaya-bahaya yang harus dihindari. 10:1-13.
    4. Kompromi. 10:14-22.
    5. Ringkasan asas-asas yang memberi bimbingan. 10: 23-11:1.
  6. Perilaku yang tepat dalam ibadah Kristen. 11:2-14:40.
    1. Hiasan kepala wanita. 11:2-16.
    2. Perjamuan Tuhan. 11:17-34.
    3. Karunia-karunia Roh. 12:1-31.
    4. Kasih Ilahi. 13:1-13.
    5. Karunia bernubuat dan bahasa roh. 14:1-40.
  7. Kebangkitan. 15:1-58.
    1. Kebangkitan Kristus. 15:1-11.
    2. Kebangkitan umat percaya. 15:12-34.
    3. Keadaan tubuh, kebangkitan. 15:35-58.

VIII. Hal-hal lain. 16:1-24.

  1. Bantuan istimewa. 16:1-4.
  2. Rencana Paulus. 16:5-12.
  3. Salam penutup. 16:13-24.

Sekilas tentang kota Korintus dan keadaannya.

Kota Korintus merupakan satu kota Propinsi dari kerajaan Roma, kota ini sudah pernah dihancurkan oleh kerjaan Roma pada tahun 146 SM. Dan pada tahun 46 SM, barulah Kaisar Julius membangunya kembali. Pada tahun 55 AD kota ini dipimpin oleh Gubernur Galio, kota ini berkembang dalam bidang perdagangan dan perindustrian kususnya industri Keramik (barang Tembikar). Kota ini juga didominasi oleh kekafiran dengan penyembahan kepada berhala.

Salah satu masalah yang paling utama adalah masalah amoral dan masalah amoral ini membawa kepada seks bebas dan melibatkan sebagian anggota, percabulan dilakukan, (1 Korintus 5:1), percabulan yang dilakukan lebih parah dari apa yang dilakukan oleh bangsa lain, dan beberapa masalah lain yang menyangkut dengan seks bebas terjadi dalam jemaat ini. Ini merupakan satu halangan bagi Paulus dan satu masalah besar bagi Paulus untuk maju dalam penginjilan.

Surat 1 Korintus adalah salah satu surat yang sangat befariasi dalam isi maupun gayanya, diantara surat-surat Paulus lainnya. Topik-topik penting dalam jemaat dibahas dalam kitab ini, surat ini juga merupakan satu pendekatan tidak langsung dari rasul Paulus kepada para anggota jemaat di Korintus dan juga para penatua-penatua jemaat ini. Findlay menyebutnya sebagai “Doktrin salib dan penerapan sosialnya”[4]

1.2.   Identifikasi Masalah.

Pada Makalah ini penulis ingin membahas mengenai kitab 1 Korintus secara umum dan juga secara kusus satu topik akan diangkat untuk menjadi topik utama dari Makalah ini, penulis ingin memberikan satu pandangan dan perhatian kepada satu topik kusus yaitu masalah Amoral dijemaat Korintus.

1.3.   Pembatasan Masalah.

Pada Makalah ini penulis hanya membahas kusus mengenai masalah amoral yang terjadi di jemaat Korintus, dan masalah-masalah amoral ini menyangkut kepada seks bebas serta pezinahan yang terjadi dikalangan orang-orang Kristen di Korintus. Penulis tidak ingin meniadakan hukum Zinah namun penulis ingin menegaskan bahwa hal itu adalah dosa besar di hadapan Allah dan juga manusia, serta merupakan kekejian bagi Tuhan.

1.4.   Tujuan Penulisan.

  1. Memberitahukan salah satu tujuan utama Paulus menulis kitab 1 Korintus yaitu, masalah amoral dalam jemaat, kususnya seks bebas dalam kalangan umat Kristen di Korintus.
  2. Untuk dapat mengetahui dengan pasti alat-alat setan dalam Jemaat, untuk menghancurkan jemaat yang salah satu adalah seks.
  3. Menolong para pembaca kitab 1 Korintus, kususnya mengenai masalah seks, agar dapat dimengerti dengan baik dan benar.

1.5.   Signifikasi Penulisan.

Kegunaan dari pennunlisan Makalah ini adalah:

  1. Membantu para pembaca kitab 1 Korintus agar dapat mengerti dengan baik, teguran paulus kepada jemaat di Korintus mengenai masalah seks. Dalam 1 Korintus 5:1.
  2. Memberikan gambaran tentang tindakan amoral di kota Korintus.

 


[1]V.C.Pfitzner. Kesatuan dalam Kepelbagaian: Tafsiran atas Surat 1 Korintus. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2000). 1-11.

[2]Tenney C Merrill. Survei Perjanjian Baru. (Yayasan Penerbit Gandum Mas. Jawa Timur, Indonesia. 1995). 367.

[3]Tanney C Merrill. 357.

[4]Fidenlay G.G. The First Epistle Of Paul To The Corintians.(Erdamas Publishing Company. Grand Rapids, Michigan. 1974). 739.

BAB II

ISI

Masalah seks dalam jemaat bukanlah suatu masalah baru, masalah ini sudah ada sejak zaman geraja mula-mula, bahkan sebelum terbentuknya jemaat, masalah seks sudah ada dari zaman perjanjian lama, masalah ini bukan masalah sepele, namun merupakan masalah yang sangat menghancurkan, baik itu keluarga bahkan jemaat.

Allah sudah mengamarkan ini dalam sepuluh hukum-Nya yang Ia berikan kepada umat Israel, dan salah satu hukum diantara sepuluh hukum ini berbica kusus mengenai Perzinahan, dan masalah perzinahan ini menyagkut semua unsur perzinahan, perzinahan melalui pikiran, perzinahan melalui hubungan badan di luar nikah, perzinahan dengan pasangan orang lain, percabulan sesama jenis, (homosexsual dan letsbian) hukum perzinahan ini berbicara jelas menentang semua itu.

Kemurnian status perkawinan adalah dasar lain, kehidupan sosial, dan haruslah dipertahankan secara baik. Perintah ini meneguhkan peraturan suatu hidup suci dalam perkawinan, dan menerangkan peraturan-peraturan terperinci tentang kemurnian kesusilaan. Allah lah yang memulai perkawinan. Dan bilamana ada yang berzinah itu adalah kemurtadan besar[1]

Dalam zaman Yesus, Yesus sendiri telah berbicara dengan tegas menentang hal ini, dalam Matius 5:28, hanya memalaui pikiran pun seseorang dapat berzinah. Berzinah artinya yang pertama mengambil istri orang lain, dan sama beratnya dengan mengambil harta atau jiwa orang itu. Prinsip ini diperluas dengan memasukan semua bentuk hubungan seks di luar perkawinan. Keinginan semua sifatnya dengan perbuatan.[2]

Di zaman perjanjian baru, kususnya dalam masa pelayanan rasul Paulus. dan sudah terbentuk jemaat yang dikenal sebagai orang-orang Kristen, masalah ini pun terjadi diantara orang-orang Kristen ini. “Masalah seks” kususnya jemaat-jemaat di Korintus.

Masalah ini terjadi oleh karena latar belakang mereka, kota Korintus sangat terkenal dengan masalah seks dan juga anggota jemaat di Korintus sebahagian besar adalah non Yahudi, yang bertobat dari kekafiran. Didalam kekristenan, seks diluar nikah dan sekes dengan pasangan lain di larang keras dan itu merupakan satu dosa kekejian dihadapan Allah. Sedangkan kebiasaan mereka dalam penyembahan berhala itu disertai dengan persetubuhan atau seks.[3]

Dalam kuil-kuil penyembahan mereka sudah ada wanita-wanita yang disebut pelacur suci, dan ini merupakan bahagian dari liturgi penyembahan mereka kepada dewa-dewa, kususnya dewa Venus ini sudah merupakan kebiasaan mereka.

Kota Korintus hampir seluruhnya diserahkan kepada penyembahan berhala. Venus adalah dewi kenamaan, penyembahan kepada Venus dihubungkan dengan berbagai acara dan upacara yang merendahkan akhlak. Orang-orang Korintus menjadi sangat nyata, malahan diantara orang-orang kafir, untuk kebejatan mereka yang mencolok. Mereka tampaknya mempunyai sedikit pemikiran atau perhatian diluar kepelisiran dan saat yang menggembirakan.[4]

Letak kota Korintus sangat strategis sehingga kota ini serba majemuk, juga di bidang agama. Segala macam agama, aliran dan kepercayaan mendapat pendukung dan penganut di kota itu. Agama-agama yang berasal dari Roma dan Yunani, tetapi juga, malah terutama agama-agama yang berasal dari kawasan Timur. Iyalah Dewi Venus, ini adalah dewi cinta birahi. Kulilnya banyak dikunjungi orang. Di kota Korintus dahulu dewi ini dipuja memalui sundal suci, sehingga kulilnya tersedia ribuan pelacur[5]

Oleh karena seks bebas yang di lakukan di Kuil merupakan sesuatu kebiasaan dari liturgi mereka maka ini terbawa ke dalam gereja, sehingga terjadilah yang namanya percabulan di dalam jemaat, dan ini terjadi diantara anggota-anggota jemaat. Dan ini merupakan satu dosa besar di hadapan jemaat dan dihadapan Tuhan. menurut informasi yang di dapatkan oleh rasul Paulus dari keluarga Kloe, maka Paulus menuliskan teguran kepada mereka, dan ini merupakan teguran keras dari seorang rasul kepada mereka.

Bukan hanya seks dalam kuil-kuil penyembahan mereka namun kota Korintus juga terkenal dengan rumah Prostitusi. Rumah prostitusi ada disetiap sudut kota Korintus, bahkan itu sampai kedalam tempat-tempat perindustrian mereka. Sehingga ini sudah menjadi kebiasaan bagi mereka.

Kehidupan seks dalam jemaat ini sudah sangat parah sehingga, Paulus mengatakan kepada mereka bahwa tindakan seks bebas yang teradi dalam jemaat ini sudah melampaui batas bahkan Paulus mengatakan dalam 1 Korintus 5:1, bahwa percabulan diantara kamu terjadi begitu rupa, bahkan tidak pernah terjadi diantara bangsa-bangsa lain. Bahkan lebih parah lagi, itu terjadi antara anak dan ibu atau istri ayahnya.

Tindakan amoral di Korintus sudah sangat-sangat berlebihan, karena Paulus tidak menyebutkan secara spesifik seks jenis apakah yang terjadi dalam jemaat ini. Kemungkinan besar semua tindakan seks yang tergolong dalam keluarga seks sudah dilakukan, baik itu perselingkuhan, baik itu ayah tidur dengan anaknya, anak tidur dengan ibunya, atau pun homoseksualitas dan letsbian, ini sudah terjadi dalam jemaat ini, sehingga Paulus menggunakan kata yang dapat menggambarkan secara keseluruhan tindakan amoral ditempat ini. Paulus menggunakan kata PORNEIA yang diterjemahkan dalam bahasa Ingris adalah FORNICATION, dan di terjemahkan dalam bahasa indonesia adalah Percabulan. Percabulan ini menunjuk kepada keluarga seks apaun itu jenisnya. Bahkan semua unsur seks terkandung dalam percabulan itu. Termasuk Pelacur dan Gigolo dan juga Germo.[6]

SDA Bible Comentary, mengomentari kata ini, ini (5:1) menggambarkan hubungan seks bagi yang diluar nikah bahkan yang sudah menikah.(6:9) Dan percabulan adalah masalah yang paling mencolok di jemaat Korintus.(6:13) Bahkan orang-orang Korintus menganggap ini sebagai kehidupan normal mereka. (7:2) Dan ini tidak hanya merupakan satu jenis seks namun semua tindakan seks di lakukan di tempat ini[7]

Paulus mengatakan bahwa percabulan diantara kamu melebihi bangsa-bangsa lain, kemungkinan besar tindakan seks yang sama yang pernah terjadi di Sodom dan Gemora, terjadi lagi dalam jemaat ini. Tindakan seks di kota Sodom dan Gemora, sudah sangat-sangat parah, bakan seks dengan sesama jenis pun terjadi di kota ini. Kejadian 19:4-9, menunjukan bahwa seks sesama jenis sudah menjadi kebiasaan di kota ini, bahkan pada saat Lot ingin memberikan kedua putrinya bagi mereka, mereka sama sekali tidak mau. Mereka hanya ingin tidur dengan kedua orang asing itu.

Kejahatan orang-orang Sodom ditunjukan dengan tindakan mereka. Berita tentang kedatangan kedua orang asing ini, menyebar dengan cepat. Orang-orang ini berkumpul disekitar rumah Lot, untuk melakukan tindakan yang tidak diinginkan  yaitu memuaskan hawa nafsu mereka. Paulus menjelaskan ini sodomi dalam Roma 1:27. Perbuatan ini sudah umum dikalangan orang-orang Kanaan. Musa menekankan bahwa baik tua dan muda, semuanya berdiri di depan pintu Lot. Dan ini merupakan satu bukti yang jelas bagi Allah untuk menghancurkan kota ini.[8]

Tindakan seks yang terjadi dalam jemaat ini kemungkinan besar sudah sama dengan yang terjadi di Sodom dan Gemora. Tetapi mereka tidak sadari itu, dan mereka sombong dengan hal itu, mereka merasa benar dengan hal itu, dan mereka tetap berada dalam dosa itu.

Masalah ini merupakan satu masalah yang sangat serius dalam jemaat dan masalah ini sangat menghalangi penginjilan, sehingga Paulus tidak hanya berbicara satu kali saja, namun dia berbicara berulang-ulang kali tentang masalah ini, di pasal lima, ayat 1-13, dia berbicara untuk pertama kali dalam kitab ini mengenai masalah

seks, kemudian Paulus kembali mengulanginya lagi dalam pasal 6:12-20 dia kembali mengilanginya lagi dan di pasal tujuh Paulus kembali menekankan mengenai Pernikahan (hidup berumah tangga).

Didalam pasal-pasal ini Paulus beberapa kali menekankan satu hal penting mengenai percabulan dan kata yang sama ini muncul empat kali dalam ke tiga pasal ini diantaranya 1 Korintus 5:1; 6:13,18; 7:2. Paulus mengatakan, tubuh bukan untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan. jauhkanlah dirimu dari percabulan, karena itu mendatangkan maut bagi diri sendiri. Dia mengatakan juga, memang baik bagi seorang laki-laki yang ingin melayani Tuhan tidak menikah, namun karena ada percabulan yang terjadi ditengah-tengah kamu, sebaiknya menikah, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, atau dosa yang besar itu.

dia menasihati anggota-anggota jemaat yang tidak turut melakukan dosa ini agar menjauhi mereka yang melakukannya. Dan tidak bergaul dengan mereka, agar mereka tidak terjerumus ke dalam dosa percabulan ini. Dan mereka yang menikah harus meninggalakan kebiasaan ini, biarlah setiap orang laki-laki memiliki istrinya seindiri dan tidak mengambil istri orang lain atau dalam arti perselingkuhan.

Pada saat Paulus berusaha untuk menuntun umat-umat kepada Kristus. Paulus tidak langsung mempersalahkan mereka yang tak bermoral, dan untuk menunjukan berapa ngeri dosa mereka pada pemandangan Allah yang suci. Agaknya ia menentukan dihadapan mereka tujuan yang benar dari kehidupan dan mencoba mengesahkan kepada pikiran mereka pelajaran-pelajaran dari guru Ilahi, yang kalau diterima akan mengangkat mereka dari keduniawian dan dosa, kepada kesucian dan kebenaran.[9]

Paulus juga menuliskan masalah yang sama diawal surat Roma, mengenai hawa nafsu percabulan. Roma 1:26-28. Oleh karena Paulus sendiri tidak pernah ke Roma, dan melihat secara langsung keadaan jemaat Roma, maka tulisan ini hanya merupakan amaran bagi jemaat Roma untuk berhati-hati, karena hal ini sudah terjadi di jemaat-jemaat yang lain.

Paulus tidak menyebut surat 1 Korintus namun kemungkinan besar, pengalaman dijemaat Korintuslah yang diambil, karena hal ini secara terbuka sudah terjadi dalam jemaat ini, dan juga surat Roma ditulis tahun 57 AD, satu tahun setelah surat 1 Korintus ditulis, dan kemungkinan besar juga surat Roma ditulis di kota Korintus. Oleh karena itu amaran kepada jemaat Roma, kemungkinan besar adalah kejadian yang sudah terjadi di jemaat Korintus.

Oleh karena itu tidak diragukan lagi bahwa percabulan di Korintus sangat-sangat dahsyat. Istri-istri mengganti persetubuhan yang wajar dengan suaminya, suami-suami melakuakan kemesuman atau persetubuhan dengan laki-laki, anak-anak tidur dengan istri ayahnya atau ibu tiri mereka sendiri.

Orang-orang Krintus berzinah, namun mereka tidak merasa malu dan sedih karena hal itu, namun mereka sombong, mereka bermegah dengan dosa mereka bahkan puas dengan hal itu.[10]

Bermegah dalam dosa adalah kebiasaan semua orang Kristen, merasa diri benar, merasa diri mampu, walaupun sedang berada dalam dosa, itu merupakan dosa yang besar dari setiap umat Kristen. (Roma 2:23; 3:27). Ini merupakan dosa, tidak ada dasar untuk bermegah diluar Tuhan, dan juga tidak ada dasar untuk bermegah akan perbuatan. Bahkan bermegah karena menuruti hukum tidak ada dasar dan gunanya, karena itu membawa kepada kematian dan kehancuran.

Percabulan yang terjadi ini merupakan dosa yang sangat besar. oleh karena kelemahan iman orang Kristen di Korintus, mereka menempatkan ketidak tahuannya tentang sifat hidup Kristen, dan di dalam dosa mereka mereka bermegah, Paulus menggambarkan ini dengan ragi yang lama, yang ada dalam diri mereka, dan ini harus dibuang karena ragi yang lama ini merusak adonan yang baru. Oleh karena itu Paulus mengatakan buanglah ragi yang lama itu agar kamu dapat menjadi adonan yang baru didalam Kristus Yesus. Atau meniggalkan perbuatan-perbuatan daging dan hidup baru didalam Kristus.[11]

Paulus juga mengamarkan kepada mereka agar mereka tidak hanya membuang ragi yang lama, namun tidak bersahabat dengan mereka, tidak tinggal dengan mereka, tidak duduk bersama-sama dengan mereka dalam suatu perkumpulan, bagi yang didalam jemaat mereka harus di hakimi atau diberikan di siplin, sedangkan yang diluar jemaat mereka harus di jauhi bahkan harus di usir dari tengah-tengah mereka agar mereka tidak menjadi wabah dosa bagi jemaat.

Seks tidak hanya menghancurkan keluarga, namun juga menghancurkan jemaat. Banyak orang tidak menguasai diri sehingga membawa mereka kepada kehancuran fisik dan mental, banyak orang juga meninggalkan Prinsip karena kurang penguasan diri terhadap seks. Mereka tahu dengan pasti bahwa itu adalah pelanggaran dan dosa besar dihadapan Allah, tetapi mereka tidak dapat menguasai diri mereka karena hawa nafsu yang menggebu-gebu, ini adalah dosa besar di hadapan Allah.[12]

 

 

 


[1]Guthrie. D. MTh, PhD. Dkk. Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jld 1.(Jakarta:  BPK Gunung Mulia. 1983). 316.

[2]Guthrie. D. MTh, PhD. Dkk. Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jld 3. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih. 1999). 73.

[4]White Ellen, G. Kisah Para Rasul. (Bandung: Indonesia Publishing House. 1998). 205.

[5]Groenen, Ofm. C. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru. (Jogjakarta: Penerbit Kanisius. 1984).  227.

[6]Wigram George, V. The Englishman’s Greek Concordance Of The New Testament. (Michigan, USA: Zondervan Corporation Grand Rapids. 1984). 648.

[7]Nichol Francis, D. Seventh-Day Adventist Bible Comentary. Jld 6. 1 Cor 5:1; 6:9; 6:13; 7:2.(USA. Washington, D.C: Review And Herald Publishing Association. 1957). 700.

[8] Nichol, Francis D. The Seventh-day Adventist Bible Commentary, Jld 1,Gen 9:5. (Washington, D.C.: Review and Herald Publishing Association) 1978.

[9]White Ellen, G. Kisah Para Rasul. 130.

[10] Charles F Pfeiffer. Everett F Harison. (Ed). The Wycliffe Bible Comentary. Jld 3. (Malang, Indonesia: Gandum Mas. 2001).  614.

[11]Guthrie. D. MTh, PhD. Dkk. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jld 3. 489.

[12]White Ellen. G. Tentang Seks Zinah dan Cerai. (Bandung, Indonesia: Indonesia Publishing House. 1996). 143.

BAB III

KESIMPULAN

Allah menciptakan seks untuk manusia, namun bukan dengan hawa nafsu. namun itu dengan kasih sayang antara sepasang suami dan istri yang sudah diberkati oleh Tuhan. seks bukan untuk pria dan pria atau (Homoseksual), bukan juga untuk wanita dan wanita atau (Letsbian), bukan juga untuk pasangan yang belum menikah atau masih berpacaran, bukan juga untuk ayah dan anak ataupun ibu dan anak. Tetapi itu untuk sepasang pria dan wanita yang sudah dipersatukan oleh Allah.

Setan menggunanakan cara-cara untuk menjauhkan manusia dari Allah, dan salah satu yang digunakan adalah seks. Seks dapat mengalihkan pikiran para, pria dan wanita dari pencipta mereka. Dan salah satu cara Setan yang paling ampuh untuk menghancurkan para pemuda dan pemudi serta rumah-rumah tangga Kristen adalah melalui seks.

Penguasaan diri terhadap seks adalah sesuatau hal yang terpenting di zaman ini, karena seks dapat menghancurkan rumah tangga serta menghancurkan jemaat. Seks bukan untuk dipermainkan, karena itu adalah sesuatu yang suci di hadapan manusia dan juga di hadapan Allah. Saling menghargai satu dengan yang lain antara suami dan istri serta anak-anak dalam keluarga, tidak mementingkan diri, dan saling menyayangi, adalah untuk dapat menjaga keutuhan keluarga dan meningkatkan kualitas hubungan rumah tangga.